KOTA – Bogor is a city on the island of Java in the West Java province of Indonesia. The city is located in the center of the Bogor Regency, 60 kilometers south of the Indonesian capital Jakarta.
Wisatawan asal Turki berdecak kagum saat melihat dari dekat kerukunan umat beragama di Kota Bogor.
Sebelumnya, Abdurrahman warga Turki ini hanya memperoleh informasi dari media massa adanya isu bangsa Indonesia yang rawan konflik karena terdapat ragam suku dan penganut agama yang berbeda.
“Tapi, itu semua tidak benar. Buktinya saat ini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri melalui kegiatan Cap Go Meh Street Festival,” tutur dia didampingi penejemah, Andi Gunawan, guru.

“Inilah keunikan kultur yang luar biasa dan kami sangat ingin belajar banyak dari keragaman ini, mereka ramah murah senyum. Tidak seperti dinegeri saya, setiap orang pelit tersenyum,” candanya di Dhanagun Kota Bogor, Rabu (13/3/2013).
Kunjungannya ke Kota Bogor menambah wawasan Abdurahman. Dia menjadi tahu keberadaan setiap agama memiliki tempat ibadahnya tersendiri. Seperti, Masjid (atau Masjid
Jami) bagi kaum Muslimin, Gereja untuk umat Kristen dan Vihara untuk
Buddha.
Jami) bagi kaum Muslimin, Gereja untuk umat Kristen dan Vihara untuk
Buddha.
“Gereja
Katolik coklat di dekat Kebun Raya Bogor, Gereja Protestan Putih dan Vihara-vihara dan Kuil Hindu yang sangat tua. Hal tersebut sangat menarik, karena setiap agama
memiliki ritualnya tersendiri,” ucapnya.
Katolik coklat di dekat Kebun Raya Bogor, Gereja Protestan Putih dan Vihara-vihara dan Kuil Hindu yang sangat tua. Hal tersebut sangat menarik, karena setiap agama
memiliki ritualnya tersendiri,” ucapnya.
Situs pakmaman dot com
Inilah pengalaman wisatawan Turki selama berkunjung ke Indonesia.
Sebelum kunjungan teknikal saya selama 4 bulan pada tahun 2009 “Indonesia” hanyalah sebuah kata dengan 9 huruf. Setelah periode ini setiap huruf tersebut memiliki arti mengenai dunia yang berbeda. Saat itu adalah tahun 2009, tapi saya menemukan dunia baru seperti penemuan benua Eropa 600 tahun yang lalu.
Hanya ada satu perbedaan, mereka hanya memahami penduduknya tapi saya mengagumi. Sebelum meninggalkan Turki, saya mencoba mempelajari sesuatu tentang Indonesia, karena sejauh yang saya tahu hanya “Negara kepulauan di lautan yang jauh” dan fosil orang jawa dalam buku antropologi yang saya pernah baca.
Setelah mencari tahu lebih banyak, saya sangat terkejut bahwa Indonesia memiliki populasi dan area yang sangat besar… hampir tiga kali lebih besar dari Turki. Saya juga mengetahui Aceh (bukan pulau Sumatra) karena gempa bumi dan tsunami yang sangat besar pada Desember 2004. Saya juga mendapatkan beberapa informasi negatif dari beberapa teman saya yang mengunjungi Indonesia sebelum saya… mengenai makanannya, penyakit, kemiskinan, kebersihan, dan lainnya. Saya disarankan untuk membawa beberapa makanan Turki dalam koper saya karena saya tidak pernah makan makanan Indonesia.
Hanya satu dari teman saya (bekas teman SMA dan pernah berkunjung ke Indonesia 25 tahun yang lalu) yang melarang saya untuk membawa makanan Turki. Dia bertanya apakah saya akan tinggal untuk 4 hari atau 4 bulan? “Jika kamu akan tinggal selama 4 bulan, maka kamu harus beradaptasi” karena dia pun melakukan itu. Lalu saya hanya membawa beberapa buah zaitun dan keju ke dalam 2 kemasan kedap udara. Saya menaruhnya dalam lemari es di hotel, tetapi karena saya tidak mengkonsumsinya dalam waktu yang lama akhirnya saya membuangnya karena rusak.
Kala itu awal minggu di bulan September, ketika saya tiba di Jakarta setelah menempuh perjalanan jauh melalui Singapura. Setibanya di airport, saya merasa sangat basah, lembab dan panas. Saya menuju kota Bogor, yang untungnya saya lebih menyukai kota ini daripada kota Jakarta (saya mengalami 4 bulan yang sangat menyenangkan).
Ada 4 hal yang saya perhatikan untuk pertama kali : – Hampir semua wanita, remaja putri dan bahkan anak kecil memakai jilbab (bukan sebagai simbol politik seperti di Turki) – Begitu banyaknya motor lalu lalang di jalan raya (beberapa diantaranya bahkan membawa seluruh keluarga mereka) – Kendaraan umum yang kecil dan berwarna hijau (yang kemudian saya ketahui orang-orang menyebutnya “angkot” singkatan dari angkutan kota dan Bogor juga dikenal sebagai kota angkot) – Lalu lintas bergerak di jalur kiri (kendaraan mereka memiliki setir di sebelah kanan) – Orang-orang yang selalu tersenyum (mereka terlihat sangat bahagia, walaupun pendapatan negara mereka hanya setengah dari pendapatan nasional Turki, dan mereka tidak pernah menolak saat saya meminta untuk mengambil foto mereka).
Saat itu adalah bulan puasa. Saya bertemu banyak orang di kantor maupun di kota, semua yang beragama muslim berpuasa. Pada saat akhir bulan puasa, saya menemukan sesuatu hal yang sangat mengejutkan saya : saya pergi ke Mesjid Raya, sebuah mesjid terbesar di kota Bogor, untuk melakukan sholat Id, mungkin sekitar 1.000 wanita dan anak-anak mereka (bahkan bayi) pergi ke mesjid untuk sholat, tidak hanya laki-laki seperti yang terjadi di Turki (bahkan mungkin di negara-negara muslim lainnya).
Mereka seolah-olah hendak pergi berpiknik, bukan untuk bersembayang. Mereka membuka tas mereka dan mengenakan mukena yang beraneka ragam warna (kebanyakan berwarna putih) dengan sangat mudah. Saya seperti berada di lautan berwarna putih, ketika mereka semua berdiri siap-siap untuk sholat. Pandangan yang begitu menakjubkan.
Negara yang fantastis ini sering mengejutkan saya beberapa kali dengan kebudayaan yang beragam, Toleransi yang tinggi antara satu dengan yang lainnya (begitu banyaknya ragam agama seperti Islam, Kristiani, Budha, Hindu, beragam kelompok etnis, dan bahasa). Mereka sangat ramah kepada saya, banyak sekali acara-acara tradisional seperti pesta pernikahan, (saya menghadiri beberapa acara pernikahan, walaupun saya tidak diundang dan tidak ada satu orangpun dari mereka yang mempertanyakan, siapa saya) serta banyak sekali kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Pada akhir bulan September, kota Padang, Sumatra Barat diguncang gempa besar (7,6 Skala Richter) dan menewaskan lebih dari 1.100 orang Lalu saya menyadari arti dan kenyataan tinggal di negara yang memiliki begitu banyaknya gunung berapi yang masih aktif. Saya dapat merasakan rasa sakit dan rasa kehilangan mereka secara pribadi, karena Izmit juga pernah diguncang gempa pada tahun 1999 (7,6 SR, selama 45 detik, menewaskan lebih dari 30.000 jiwa). Sangat mengejutkan, 2 hari kemudian, bangsa Indonesia mendapatkan kabar baik.
Pada hari Jumat, tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengumumkan batik sebagai salah satu warisan kebudayaan leluhur bangsa Indonesia. Batik secara resmi masuk kedalam daftar warisan kebudayaan leluhur di UNESCO. Diumumkan resmi saat Konferensi UNESCO-PBB mengenai Pelestarian Warisan Kebudayaan (Convention for The Safeguarding of The Intangible Cultural Heritage) pada tanggal 28 September-2 Oktober 2009 di Abu Dhabi, Arab Saudi.
Berita ini juga sebagai hadiah hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-64 dan bangsa Indonesia merayakannya dengan batik (Membatik adalah seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam). Proposal dari Indonesia ini mendapatkan rangking pertama dari 111 kandidat lain yang diajukan tahun sebelumnya. Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, menghimbau agar Bangsa Indonesia mengenakan batik setiap hari Jumat, dimanapun mereka berada.
Saya membaca ini di harian Jakarta Post dan mulai mengenakan batik di hari Jumat minggu pertama bulan tersebut. Saat ini di Turki, setiap hari Jumat saya masih mengenakan batik dengan rasa senang dan mengingat hari-hari yang saya habiskan di Indonesia. Saya memiliki 15 helai baju batik, sebagai hadiah ketika saya berada di Indonesia, dan juga dikirimkan kemudian ketika saya sudah berada di Turki oleh teman-teman saya di Indonesia.
Saya menghabiskan hampir seluruh akhir pekan saya untuk mengunjungi orang-orang yang tinggal di pinggiran dan kawasan kumuh kota Bogor. Saya mulai dari pukul 08.00 WIB (setelah sarapan pagi di hotel) sampai pukul 18.00 WIB (atau sampai gelap) terkadang sampai pukul 23.00 WIB. Mereka menyambut saya dan memeluk saya seperti seorang ibu. Saya tidak hanya membagi waktu saya dengan mereka, Terkadang teh, kopi, dan gula kemasan yang ada di kamar hotel saya, juga buah-buahan, biskuit, permen, dan minuman yang saya beli dari pasar.
Saya sering mengunjungi Pulo Geulis karena area tersebut dekat sekali dengan lokasi hotel saya, lalu saya sangat menyukai orang-orang daerah ini, khususnya anak-anak. Mereka memanggil saya “Foto pak.. foto pak..” dan terkadang mereka bertanya”Bapak dari mana?” Saya tidak bisa membalas mereka, karena saya tidak bisa berbahasa Indonesia.
Saya memotret mereka banyak sekali seperti yang lainnya, dan memberikan kembali kepada mereka setelah saya mencetaknya di tempat cuci foto (kira-kira total foto yang saya ambil sekitar 9.000 foto dan mencetak sekitar 1.000 foto dalam waktu 4 bulan). Para anak-anak selalu membantu saya untuk membagikan foto-foto tersebut karena saya tidak tahu dimana mereka tinggal. Itu seperti sebuah permainan. Terkadang mereka memegang tangan saya dan kami berjalan bersama menelusuri jalan-jalan disepanjang kawasan tersebut. Ini juga salah satu alasan saya untuk menyiapkan sebuah website. Saya mengambil banyak sekali foto-foto dari orang-orang ini, dan mereka hanya melihat 10 % dari keseluruhan.
Saya rasa mereka berhak untuk melihat foto-foto mereka yang lain (selain yang dicetak) dan saya berjanji kepada diri saya sendiri tentang hal ini sekembalinya saya ke Turki. Merupakan pilihan yang sangat sulit untuk memilih foto-foto yang akan saya tampilan di website karena keterbatasan kapasitas yang diberikan kepada saya.
Saya mengklasifikasi beberapa foto berdasarkan area, dan topic untuk memudahkan kalian mencari foto-foto kalian. Pada proses terakhir, saya memutuskan untuk memberikan beberapa kata pada masing-masing foto tersebut, tentunya (dan sayang sekali) dalam bahasa Inggris. Teman Indonesia saya yang menterjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia untuk saya (khususnya untuk kalian).
Semua foto-foto di wesite ini adalah milik kalian, bukan saya.. kalian bisa mengunduhnya dengan bebas. Saya juga tidak bisa meminta ijin kalian untuk menampilkan foto-foto ini, karena saya tidak tahu alamat email kalian, tapi silakan menghubungi saya untuk menghapus foto-foto yang kalian anggap tidak pantas atau tidak ingin dipublikasikan.
Terima kasih semua… Saya sungguh beruntung pernah bertemu kalian. Saya mencintai semua Negara dan kota yang saya kunjungi, tapi khususnya Bogor. Saya sangat mencintai kota angkot ini, dengan lingkungan ang tidak higenis, hujan-hujan deras, orang-orang yang tidak berkecukupan tetapi selalu tersenyum dan terlihat bahagia. Saya sangat berharap bisa mengunjungi lagi (atau bahkan tinggal) di kota ini, dan bisa bertemu kalian kembali, karena saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk memotret kalian lebih baik lagi dengan kamera yang lebih baik pula.
Sebagai kalimat terakhir yang telah saya modifikasi “Suatu hari saya membaca buku dan seluruh dunia berubah”; saya mengunjungi suatu Negara dan seluruh dunia saya ikut berubah. Salam hangat, Maman (saya lebih suka memakai nama ini selain Abdurrahman. (bbc)