Dua SD Negeri di Kota Bogor, yakni SD Negeri Sindangsari Bogor Tengah dan SD negeri Semplak Bogor Barat, menjadi pelopor dalam penggunaan iket setiap hari Kamis yang digagas sejumlah budayawan dan seniman Kota Bogor.
Seperti pada hari Kamis (3/11/2011), para guru, khususnya guru laki-laki terlihat mengajar para siswanya mengunakan iket kepala dengan berbusana batik. Tak hanya guru, termasuk Kepala Sekolah dan staf Tata Usaha di dua Sekolah tersebut menggunakan Iket atau Totopong.
Menurut Kepsek SDN Sindangsari, Mochamad Wahyu dan Kepsek SDN Semplak 2, Hidayat M.Pd, pihaknya menyambut baik penggunaan iket setiap hari Kamis, selaras dengan pakaian yang digunakan yakni batik. “Masalahnya, tinggal menyesuaikan antara warna totopong dengan batik yang digunakan agar kelihatan serasi” ujar Wahyu.
Sementara itu Kepsek SDN Semplak 2 Hidayat mengatakan, pengenalan budaya Sunda bisa melalui berbagai cara, diantaranya dengan mengajarkan bahasa Sunda, sebab di dalam bahasa tersebut terkandung kearifan lokal, melalui seni tari, khususnya tari tradisi, juga pakaian atau fashion. “Paling tidak, dengan menggunakan iket, kita mengenalkan pakaian para leluhur Sunda, kepada anak didik kita, “ujar Hidayat
Menurut Hidayat, kalau selama ini dirinya hanya mengenal barangbang semplak, ternyata dalam cara penggunaannya banyak sekali ada parekos nangka, paroos, kuda ngencar dan yang lainnya,”tegasnya.
Hidayat berharap dengan menggunakan iket tersebut, menambah motivasi penggunanya, untuk lebih mendalami budaya leluhurnya. “Sugan lamun geus make iket mah, sakurangna aya kapanasaran pikeun neuleuman budaya sunda, (Barangkali kalau sudah memakai iket setidaknya akan menjadi penasaran untuk memperdalam budaya sunda), ”ungkapnya.
Dia berharap langkah yang dilakukan oleh dirinya, dan Kepsek SDN Sindangsari, diikuti oleh sekolah lainnya. “Untuk memperiihatkan kebogorannya, mengingat di Bogor pernah ada kerajaan yang termashur yakni Kerajaan Pakuan Pajajaran atau dalam sejarah tercatat sebagai Kerajaan Sunda Galuh. Dan tentunya banyak pelajaran atau ajen inajen yang masih bisa digali dan diteruskan kepada para anak didik kita,”paparnya. (eka)
Sumber: KotaBogor 3/11/2011