KOTA – Pemerintah kota Bogor dinilai memiliki keberpihakan yang jelas dan konkrit terhadap pengembangan kebudayaan Sunda.
Pemkot Bogor dinilai tidak hanya berpihak dalam tataran kebijakan, tetapi juga dengan langkah-langkah nyata.
Hal ini disampaikan ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor, Sambas Bratasonjaya ketika menghadiri Acara Evaluasi Binaan Sanggar Seni Getar Pakuan, beberapa waktu lalu.
Keberpihakan itu misalnya tergambar dari langkah pemuatan nama-nama jalan protokol dengan aksara Sunda di sekitar 70 ruas jalan di kota Bogor. “Pemerintah kota Bogor pun terhitung sebagai pemerintah daerah pertama di Jawa Barat yang menginisiasi ide penyampaian sambutan dalam bahasa Sunda ketika Hari Jadi,” kata Sambas. Ide serupa ini, kata Sambas, sekarang sudah banyak diterapkan oleh daerah-daerah lain di Jawa Barat.
Lebih lanjut Sambas mengatakan keberpihakan pemerintah kota Bogor juga dapat dilihat dari pengelolaan Gedung Kemuning yang telah menjadi pusat pementasan dan pengembangan budaya kota Bogor. “Terlebih lagi, saat ini pengelolaan Gedung Kemuning Gading dikelola oleh Disparbud. Ini adalah ide dari para budayawan kota Bogor yang alhamdulilah telah langsung diakomodir oleh pemerintah kota Bogor,” terangnya.
Sambas pun merasa bersyukur karena dukungan pemerintah kota Bogor terus berlanjut dengan akan adanya rencana perbaikan dan penyediaan kelengkapan Gedung Kemuning Gading. “Jadi, alhamdulilah kepentingan budayawan dalam upaya pengembangan dan pelestarian budaya Sunda di kota Bogor telah banyak diakomodasi pemerintah kota Bogor. Jadi, kami ingin menyampaikan apresiasi terhadap langkah-langkah pemkot ini,” ujar Sambas.
Hal tersebut diamini oleh Kepala Seksi Kesenian pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bogor Uci Sanusi. Uci mengatakan bahwa pemugaran Gedung Kemuning Gading mulai dilakukan tahun 2013.
Dengan dana sebesar Rp 2,5 Milyar, pemugaran akan dipusatkan pada perbaikan panggung pertunjukan, sound system, lighting, dan atap gedung. Semua upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan upaya Pemkot Bogor untuk mewadahi apresiasi pelaku seni dan budaya di Kota Bogor.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Bogor, Susilawati, menambahkan bahwa Pemerintah Kota Bogor selama ini terus merangkai langkah bagaimanan menjaga kelestarian budaya Sunda.
“Kami misalnya secara rutin melaksanakan workshop Basa Sunda untuk memperbanyak karya-karya sastra Basa Sunda sebagai bagian dari komitmen untuk mengakarkan kembali Bahasa Sunda di tengah masyarakat kota Bogor,” kata Susi.
Upaya terus mengakarkan Basa Sunda, sambung Susi, bersamaan dengan langkah-langkah Pemerintah kota Bogor dalam melestarikan seni dan budaya tradisional. “Kami telah melakukan serangkaian langkah dalam konteks pelestarian budaya seperti pembuatan Peta Pusaka Budaya Kota Bogor yang berisi informasi dan foto situs dan Benda Cagar Budaya yang ada di kota Bogor dari masa pra sejarah, klasik, islam dan kolonial,” urainya.
Langkah lainnya, adalah pemasangan Papan Informasi Situs Budaya, dan kegiatan pembinaan kepada para pelaku seni. Setiap tahun pun, lanjut Susi, pemerintah kota Bogor mencoba menggelar secara rutin festival seni kemasan pertunjukan untuk menggali kreativitas para pelaku seni, dan pagelaran wayang golek.
“Untuk festival seni kemasan pertunjukaan festival ditujukan sebagai salah satu bagian yang akan berperan untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Kota Bogor. Festival ini pun dikemas dalam rangka meningkatkan produktifitas, kreatifitas, dan kualitas para pelaku seni di Kota Bogor. Juga sebagai media untuk mempromosikan hasil produk para pelaku seni di Kota Bogor,” jelasnya.
Tentu saja, langkah-langkah Pemerintah kota Bogor akan terus berlanjut sebagai jawaban atas tantangan dan kebutuhan atas setiap upaya menjaga Sunda sebagai entitas budaya dan bahasa di tengah masyarakat kota Bogor. (*ar)
Editor: Michelle
Email: beritabogor2002@gmail.com