BERITA BOGOR – Gerakan Rebo Nyunda digulirkan, Rabu (5/11/2014), ditandai mengenakan pakaian tradisional dan berbahasa Sunda.
Gerakan “Rebo Nyunda” atau mengenakan pakaian adat dan penggunaan bahasa sunda yang digulirkan Pemerintah Kota Bogor disambut postif oleh DPRD Kota Bogor. DPRD berharap “Rebo Nyunda” dapat disosialisasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat bisa mengenal lebih dekat dengan budaya sunda,
Ketua DPRD Kota Bogor Untung W. Maryono berharap kepada Pemerintah Kota dapat menyebarluaskan “Rebo Nyunda” kepada masyarakat tradisi Sunda dalam berbagai cara seperti pesta perkawinan dan khitanan. “DPRD berharap diterbitkan Perwali agar penyelenggaraan pernikahan menggunakan kembali tradisi Sunda seperti angklung, wayang golek, Gendang Pencak dan Jaipongan,” kata Untung di Gedung DPRD Kota Bogor, Kamis (6/11) kemarin.
Menurutnya, tradisi budaya Sunda di Kota Bogor sudah mulai menghilang, seiring jarangnya terdengar seni sunda dikalangan masyarakat. “ Saat ini, kita jarang melihat di pesta pernikahan, atau khitanan dipentaskan wayang golek, gendang pencak dan seni sunda lainnya. Tujuannya, untuk melestarikan seni dan budaya Sunda, karena Bogor berada di wilayah tatar Sunda, sehingga tidak hanya sebatas pegawai pemerintahan saja tapi juga masyarakat ikut dilibatkan,” kata Untung.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor Shahlan Rasyidi menjelaskan, program Rebo Nyunda dimaksudkan mengajak masyarakat untuk memelihara dan mengangkat kembali kearifan lokal yaitu budaya Sunda karena Kota Bogpr berada di wilayah tatar sunda. Rebo Nyunda tidak hanya sekedar menggunakan pakaian dan bahasa Sunda saja, tapi yang terpenting penyampaian ajaran-ajaran dan nilai budaya didalamnya.
Dirinya yakin bahwa program Rebo Nyunda digagas oleh Budayawan dan Seniman Bogor. Program ini direspon postif oleh Pemerintah Kota Bogor. “Pak Wali Kota telah membuat surat edaran ke setiap SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) terkait Rebo Nyunda dan akan ditindak lanjuti dengan Perwali (Peraturan Walikota) pada tahun depan, “pungkasnya. (lani) Editor: MICHELLE