Angklung adalah alat traditional bamboo khas Indonesia, berasal dari budaya Sunda, yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia.
Alat musik ini merupakan alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat.

Permainan angklung dengan peserta multi bangsa terbanyak, binaan Saung Mang Ujo, setelah lebih dari 5000 orang mampu memainkan lagu “We Are the World” di Washington DC, Amerika Serikat, Sabtu 9 Juli 2011 lalu. Dalam Guiness World Record mencatat rekor dengan lebih dari 5100, tepatnya 5182 orang bermain angklung.
Asal-usul

Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip).

Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.
Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh Daeng Sutigna alia alias Si Etjle (1908-1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.
Sumber: Wiki pedia