
Vulkanoligi Mitigasi dan Bencana Geologi menyebutkan Gunung Gede, Bogor Jawa
Barat sebagai salahsatu gunung yang ditetapkan berstatus Waspada level dua. Namun
sejauh ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
Hal ini dibenarkan seorang petugas pengamat diwilayah Cisarua, Karmana, saat
dihubungi Berita Bogor, Rabu (29/2/2012) malam. “Ini masih tahap penelitian
yang belum final,” jawabnya melalui selular.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi mengawasi
dua gunung aktif di daerah itu yakni gunung Gede dan gunung Salak karena ada
laporan warga yang merasakan getaran.
“Pengawasan kami tingkatkan khususnya Gunung Gede karena warga yang
tinggal di lereng merasakan ada getaran yang berasal dari gunung
tersebut,” kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kabupaten
Sukabumi Usman Efendi di Sukabumi, Rabu (22/2/2012) kemarin.
Selain itu, kata dia, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologidi Bandung masih
meneliti untuk mengetahui sejauh mana aktivitas kedua gunung tersebut dan kedua
gunung tersebut kondisinya masih normal.
“Kami selama ini sering menyosialisasikan soal menghadapi bencana kepada
masyarakat, dan rencananya tim dari BPBD Jabar akan berdialog dengan warga yang
tinggal di lereng atau kaki kedua gunung tersebut,” ujarnya kepada Antara.
Diberitakan pula Mionline dan Pemburuberita, Ketua BPBD Jabar Sigit Udjwaprana
menyebutkan selain gunung Gede, disebutkan pula sejumlah gunung aktif lainnya yang
meliputi gunung
Galunggung di Tasikmalaya, Papandayan, Guntur, Salak, Tangkuban
Perahu dan Ceremai. Sebelumnya gunung-gunung ini berstatus aktif normal.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di provinsi itu kini bersiaga
untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. “Seluruh
gunung-gunung itu kini tengah ditangani Pusat Vulkanoligi Mitigasi dan Bencana
Geologi” ujar Ketua BPBD Jabar Sigit Udjwaprana kepada Mionline, Senin
(20/2/2012) kemarin.
Ia mengaku, pihaknya akan segera membuat jalur pengungsian di sekitar
gunung-gunung berstatus waspada itu, dan meminta warga di sekitar gunung untuk
tetap waspada dan memahami kondisi gunung-gunung itu pada saat ini.
Sementara itu Mukhtarrudin, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (21/2/2012) kemarin, mengatakan, bahwa
saat ini BNPB terus memantau aktifitas gunung-gunung itu dan bekerja sama
dengan PVMBG di Bandung.
“Kami sudah memberikan imbauan kepada masyarakat di sekitar gunung agar
selalu mewaspadai aktifitas yang terjadi pada gunung tersebut,” ujarnya.
Catatan
letusan dari tahun ke tahun
Gunung Gede di Bogor, Jawa Barat yang berketinggian 2.958 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Puncak ini bisa dicapai sekitar 5 jam perjalanan dari
Cibodas. Letusan gunung gede pertama kali terjadi tahun 1747/1748.
Letusan yang
terjadi sangat hebat dan menyebabkan 2 aliran lava bergerak dari Kawah Lanang.
Letusan yang terjadi tidak biasa, karena letusan gunung ini hanya mengeluarkan
lava seperti aliran lava dalam 250 tahun lalu. Kemungkinan aliran lava yang
terjadi sepanjang 2 km, yang merupakan penyebab terbentuknya sumber Air Panas
yang saat ini ada.
Terjadi beberapa kali letusan kecil (1761, 1780, dan 1832), gunung Gede
kemudian ”tertidur” hampir 100 tahun. Kemudian, jam 3 pagi pada tanggal 12
November 1840 terjadi sebuah letusan yang besar dan sangat tiba-tiba yang
membangunkan desa-desa disekitarnya dengan goncangan yang hebat dan disertai
semburan api setinggi 50 m diatas kawah. Kepulan asap dari semburan gas
disemburkan dan semburan tersebut berhenti sebelum sampai di Kebun Raya
Cibodas. Masyarakat di Cipanas mengungsi.
Pada hari berikutnya, tanggal 14 November, batu-batu besar yang berdiameter
1 meter lebih, disemburkan keudara. Sebuah batu yang berukuran sangat besar
mendarat di Cibeureum dengan saat kuatnya yang menyebabkan terbentuknya kawah
sedalam 4 m. Sekitar tanggal 1 Desember tahun 1840, letusan disertai hujan abu
disemburkan sangat tinggi mencapai 200 m diatas puncak Gede.
Salah satu letusan yang sangat hebat terjadi pada tanggal 11 Desember:
letusan sangat intens terjadi dan mengeluarkan hujan abu yang menutupi cahaya
matahari dan gemuruh besar yang seringkali terjadi seperti halnya energi statis
pada abu diberi listrik sehingga mengeluarkan energi.
Aktivitas letusan
akhirnya berhenti pada bulan Maret tahun 1841, ketika Hasskarl seorang
peneliti, dapat mengamati dan melihat dari dekat kerusakan dan kehancuran yang
terjadi. Seluruh pohon-pohon dihutan termasuk tumbuhan bawah terutama di bagian
puncak di atas dari Air Panas hancur, sebagian terbakar, dan umumnya hancur
akibat guncangan vulkanik yang sangat hebat akibat letusan.
Letusan kecil-kecil sebanyak 24 kali terjadi setelah itu dalam kurun waktu
150 tahun, yang umumnya terjadi secara secara tidak teratur. Misalnya, tahun
1852 terjadi letusan yang menghancurkan penginapan di Kandang Badak akibat
diterjang batu yang sangat besar; tahun 1886 terjadi letusan yang disertai oleh
hujan abu setebal 50 cm disemburkan sampai sejauh 500 meter dari kawah,
menghancurkan hampir seluruh vegetasi. Tahun 1940/1950 beberapa kali terjadi
letusan kecil-kecil.
Tahun 1957 merupakan letusan gunung Gede yang terakhir, namun ini bukan
merupakan hal yang melegakan, karena semakin lama suatu gunung tidak aktif, dan
bila terjadi letusan, akan merupakan letusan yang sangat besar dan hebat. (als/*ilustrasi foto)