Kepala Bidang Pencegahan, Penanggulangan dan Penyakit Lingkungan (P3KL) pada Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr Eddy Darma mengatakan, penyebaran HIV/AIDS disebabkan banyak faktor. Salah satunya perubahan pola pergaulan.
Penyebaran melalui perilaku seks berisiko itu, kata Eddy, terjadi karena hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS dilakukan tanpa alat kontrasepsi kondom. Berdasarkan data hingga Oktober 2011, tercatat 1.332 orang warga Bogor terinfeksi HIV, 697 orang lainnya menderita AIDS. Bahkan, 56 orang dinyatakan meninggal. Jumlah tersebut, diperoleh berdasarkan pemetaan kelompok berisiko tinggi (Resti) sebagai penular. Antara lain, pengguna jarum suntik (penasun), laki suka laki (LSL), pasangan pelanggan penjaja seks, pelanggan wanita penjaja seks, pelanggan waria dan waria. Dari berbagai kelompok resti tersebut, kategori pelanggan wanita penjaja seks paling tinggi dengan kasus temuan hingga 18.007. Disusul pasangan pelanggan dengan jumlah kasus 12.881.
Dari data dan hasil survei yang dilakukan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, terdapat perubahan tren penularan virus mematikan tersebut. Sebelumnya, tingkat prevelensi atau penyebaran infeksi baru HIV/ADIS didominasi pengguna narkoba jenis jarum suntik yang menularkan melalui penggunaan jarum bersamaan. Kini pola penyebaran banyak disebabkan perilaku seks berisiko. “Menekan jumlahnya agar tak terus meningkat, penggunaan kondom atau lebih dikenal dengan kampanye kondom memang masih aman,” ungkapnya. Kendati sempat mendapat kecaman dari sejumlah pihak, kampanye kondom masih menjadi jalan untuk meminimalisir penularan di kalangan resti pelanggan penjaja seks.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, temuan banyaknya warga Bogor yang terinfeksi HIV/AIDS merupakan salah satu usaha untuk mengatasi pola penyebaran. “KPAD Kota Bogor proaktif mendata langsung ke berbagai komunitas. Dengan mendatangi berbagai komunitas, seperti komunitas PSK, narkoba, waria, homoseksual dan pelanggan. Makanya data yang terinveksi HIV/AIDS cukup tinggi,” jelasnya.
Berbagai upaya dalam mengurangi jumlah penderita AIDS yang tengah dilakukan, antara lain pengobatan langsung kepada para warga yang terinfeksi HIV menggunakan obat ARV (antiretro virus). “Telah menjadi standar internasional dalam mengobat HIV. Ada juga pengobatan lainnya yang kami lakukan yakni terapi nanas,” tambahnya.(chris)