BERITA BOGOR – Kementerian Kesehatan: Siaga 1! kasus transmisi lokal Omicron Indonesia semakin banyak.
Perkembangan kasus varian Covid-19 Omicron di Indonesia terus bertambah. Bahkan, kasus transmisi lokal yang teridentifikasi semakin banyak.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus varian Omicron yang terdeteksi saat ini mencapai 572 kasus, atau bertambah 66 orang. Penambahan terdiri dari 33 kasus dari pelaku perjalanan internasional dan 33 orang transmisi lokal.
Sebelumnya, kasus transmisi lokal yang tercatat adalah 82 kasus. Artinya, kini kasus transmisi lokal yang terdeteksi di berbagai wilayah Indonesia mencapai 84 kasus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengemukakan seluruh pasien terinfeksi kini telah menjalani karantina.
Nadia mengatakan, mayoritas pasien positif telah menjalani karantina di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, dengan jumlah sekitar 339 orang. Sementara itu, sisanya menjalani karantina di rumah sakit yang ditunjuk Satgas Penanganan Covid-19.
“Dari hasil monitoring yang dilakukan Kementerian Kesehatan, kasus probable Omicron mulai naik sejak awal tahun 2022. Sebagian besar dari pelaku perjalanan luar negeri,” kata Nadia, dilansir CNBC Indonesia, 14 Januari 2022.
Menghadapi lonjakan kasus Covid-19, Kementerian Kesehatan akan meningkatkan pelaksanaan 3T yakni Testing, Tracing dan Treatment terutama di daerah yang berpotensi mengalami penularan kasus tinggi.
“Langkah antisipasi penyebaran Omicron telah kita lakukan dengan menggencarkan 3T terutama di wilayah Pulau Jawa dan Bali,” ujarnya.
Untuk testing, Kemenkes telah mendistribusikan kit SGTF ke seluruh lab pembina maupun lab pemerintah dan memastikan jumlahnya mencukupi. Kapasitas pemeriksaan PCR dan SGTF juga diupayakan untuk dipercepat, sehingga penemuan kasus bisa dilakukan sedini mungkin.
Terkait dengan tracing, pemerintah akan meningkatkan rasio tracing pada daerah yang jumlah kasus positifnya lebih dari 30 orang untuk mencegah penyebaran yang semakin luas.
Selanjutnya untuk treatment, Kementerian Kesehatan menjamin ketersediaan ruang isolasi terpusat maupun isolasi mandiri untuk kasus gejala ringan dan tanpa gejala.
Sementara untuk gejala sedang dan berat telah disiapkan RS dengan kapasitas tempat tidur yang mencukupi. Dengan demikian, pasien terkonfirmasi bisa menjalani isolasi dengan baik guna memutus mata rantai penularan Covid-19.
Kementerian Kesehatan: Kasus Omicron di Indonesia Kebanyakan Dialami Penerima Vaksin Lengkap
Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan 74 persen dari total 68 kasus Omicron di Indonesia dialami pasien yang telah menerima vaksin dosis lengkap dengan kondisi tanpa gejala dan ringan.
“Artinya varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi, tapi dengan risiko sakit berat yang rendah. Walaupun begitu, masyarakat tetap harus waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat,” kata Siti Nadia melalui pernyataan tertulis, Jumat, 31 Desember 2021.
Menurut dia, dalam waktu dua pekan, tepatnya 26 Desember 2021, 46 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia. Sebanyak 15 orang di antaranya (32,6 persen) merupakan pelaku perjalanan dari Turki. Sisanya adalah kasus konfirmasi Omicron yang berasal dari pelaku perjalan dari Inggris, UEA, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Malawi, Republik Kongo, Spanyol, Amerika, Kenya, Korea, Mesir, dan Nigeria.
Nadia berujar sebanyak 74 persen penderita Omicron sudah divaksin lengkap, 80 persen tanpa gejala atau bergejala ringan, dan 96 persen kasus adalah WNI. Hingga 29 Desember 2021, kata Nadia, ada penambahan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia sebanyak 21 kasus yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri, sehingga total kasus Omicron sebanyak 68 orang.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan WHO HQ. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): Technical Brief and Priority Actions for Member States, 23 Desember 2021, disebutkan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.
Di Inggris, tingkat keparahan varian Omicron menyebabkan 29 kematian. Estimasi risiko masuk perawatan gawat darurat Omicron 15-25 persen lebih rendah dibandingkan Delta. Estimasi risiko hospitalisasi atau rawat inap satu hari atau lebih akibat Omicron 40-45 persen lebih rendah. Mutasi Omicron mengurangi efektivitas antibodi monoklonal, termasuk Ronapreve atau kombinasi Casirivimab dan Imdevimab. Data awal menunjukkan Sotrovimab masih bisa menghambat Omicron dibandingkan antibodi monoklonal lainnya. (*/red)