BERITA BOGOR – Kabupaten Bogor tidak ada kasus baru Covid-19 berdasarkan data per 29 November 2021 yang dikeluarkan oleh NAR (New All Record). Hal ini disampaikan oleh Bupati Bogor Ade Yasin, melalui rilis Diskominfo, Selasa (30/11/2021).
NAR menggambarkan grafik berdasarkan data kasus Covid-19 mulai tanggal 1 sampai 29 November 2021. Dalam grafik tersebut angka kasus Covid tertinggi per harinya hanya 8 kasus, dan pada tanggal 29 November 2021, tidak ada kasus Covid-19 alias zero case.
Sementara itu dalam hal percepatan vaksinasi Covid- 19 Kabupaten Bogor, Ade Yasin menjelaskan, per 29 November 2021 dosis pertama 2.741.731 atau setara 64,88%, dosis kedua 2.002.049 atau setara 47,38%, dosis ketiga 15.367 atau setara 115,95 %. Total tercapai 4.759.1477 atau setara 56,31%, untuk Lansia dosis 1 sudah 45,52%.
“Sesuai Inmendagri yang terbaru, kami turun level dari level 3 menjadi PPKM level 2, seharusnya sudah bisa turun ke level 1, sebab target awal vaksinasi 4,2 juta penduduk itu dihitung dari 6 juta penduduk sehingga dengan 5,42 juta penduduk berdasarkan data BPS bulan Agustus, seharusnya target vaksinasi kita 3,78 juta penduduk,” jelasnya.
Semestinya, lanjut Bupati, ada kelonggaran dalam berusaha baik dari sektor ekonomi maupun pariwisata. Untuk itu kami sudah membuat surat yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Barat sebagai Ketua Satgas Provinsi, mohon agar merevisi target vaksinasi Kabupaten Bogor dengan tembusan ke pemerintah pusat.
Sebelumnya, Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang masa PPKM di luar Jawa-Bali pada 23 November sampai 6 Desember 2021. Penerapan level PPKM didasarkan pada persentase capaian vaksinasi Covid-19 di masing-masing daerah.
“Dosis vaksinasi yang kurang dari 50 persen dinaikkan menjadi 1 level PPKM. Jadi, terdapat 109 kabupaten/kota di PPKM level 3, kemudian 200 kabupaten/kota di level 2, dan 77 kabupaten/kota di level PPKM 1,” ucap Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangannya selepas rapat terbatas (ratas) yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Senin, 22 November 2021.
Airlangga menyebut bahwa secara keseluruhan, kasus aktif besar mencapai 8.126 kasus atau 0,19 persen dari total kasus. Jumlah tersebut sudah menurun dibandingkan puncak kasus sebelumnya.
Sedangkan, dari segi konfirmasi kasus mingguan, beberapa provinsi di Tanah Air mengalami peningkatan namun masih dalam level asesmen yang sama.
“Kalau kita lihat secara keseluruhan kasus aktif besar 8.126 atau 0,19 persen dari total kasus dan ini sudah turun dibandingkan puncaknya yang lalu hampir 98,58 persen. Kemudian kasus harian itu sebesar 365 kasus dalam 7 hari dan per 21 November 314 kasus, dan di luar Jawa-Bali sebesar 31,53 persen atau 99 kasus, dan Jawa-Bali 215 kasus,” ucap Menko Perekonomian.
Menko Perekonomian menuturkan, kasus reproduktif atau angka reproduktif kasus efektif di Indonesia masih di bawah satu. Namun, dalam dua pekan terakhir terdapat beberapa daerah yang mengalami peningkatan.
“Di luar Jawa-Bali kita lihat bahwa kasus aktifnya ada 4.263 atau 52,46 persen dari kasus nasional sebesar 8.126. Kemudian kasus kematian itu setiap harinya sebesar 3,12 (persen) kemudian kesembuhannya sebesar 96,57 persen,” jelas Airlangga.
“Sumatra recovery rate-nya 96,2 (persen), fatality rate-nya 3,58 (persen), dan kemudian Nusa Tenggara recovery rate-nya 97,41 (persen), fatality rate-nya 2,35 persen. Kalimantan recovery rate-nya 96,75 persen dan fatality rate-nya 3,17 (persen). Kemudian, Sulawesi recovery rate-nya 97,22 (persen) dan fatality rate-nya 2,64 (persen). Maluku, Papua recovery rate 95,90 dan fatality rate 1,75,” lanjut Airlangga.
Selanjutnya, Airlangga menjelaskan bahwa realisasi anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai 66,6 persen, atau sebesar Rp495,77 triliun dari Rp744,77 triliun.
“Di klaster kesehatan Rp135,53 triliun atau 63 persen. Untuk perlinsos Rp140 (triliun) atau 64 persen. Dukungan korporasi juga sudah meningkat dari Rp81,83 triliun atau 50,4 persen, insentif usaha sudah 99,4 persen atau Rp62,4 triliun,” ucap Airlangga. (BPMI Setpres)