
Bambang Sumantri, Budayawan
BERITA BOGOR – Keterlibatan masyarakat bawah masih tergolong rendah dalam rangka memperingati Hari Jadi Bogor (HJB). Nilai sejarah dan karakteristik yang khas dalam filosofi dan maknanya terancam terkikis, apabila tidak segera lestarikan secara seutuhnya.
Hal ini di ungkapkan oleh Bambang Sumantri, Ketua Pamong Budaya Bogor, dalam keterangan tertulis yang diterima Berita Bogor, Kamis (03/06/2021)
Bambang Sumantri menegaskan, bahwa Filosopi HJB 3 juni adalah memperingati tonggak pangeling ngeling perjalanan panjang sejarah dari zaman ke zaman sampai terbentuknya sebuah wilayah administratif.
“Yang menjadi tolak ukur adalah Batu Tulis Kota Bogor yang di dirikan oleh Raja Pajajaran,” tegas Budayawan Bogor ini.
Ia menjelaskan, dibawah kepemimpinan Raden Surawisesa penghormatan atas jasa mendiang leluhur pajajaran yang telah memimpin dan mendirikan pusat kota Pajajaran di wilayah Bogor yang di sebut Puser Dayeh Pajajaran.
Untuk memaknai HJB, seluruh komponen masyarakat Bogor harus melakukan mawas diri dalam menata dan memajukan wilayah sesuai amanat para pendahulu yang mendirikan Bogor.
“Hal ini agar terwujud menjadi wilayah yang Gemah Ripah Repeh Rapih loh jinawi dengan peran pemerintah menjalankan roda kepemerintahan berdasarkan pada amanat para pemimpin terdahulu Bogor apa lagi Bogor sebagai Puser Dayeh Pajajaran yang di pimpin seorang Raja yang termasur yakni Prabu Siliwangi,” jelasnya.
Menururbya, semua lapisan masyarakat harus dapat memaknai HJB ini sebagai tolak ukur kedewasaan berpikir dan bertindak bersatu gotong royong bersama menuju Bogor yang lebih maju tanpa melupakan Sejarah Bogor dari zaman ke zaman.
Dirinya juga menyampaikan, bahwa dalam mengalokasikan amggaran untuk peringatan HJB bukan pada tataran seremonial saja, tapi juga giat giat nyata dalam menjaga merawat dan.melestarikan alam sosial budaya masyarakat Bogor sesuai harapan para pendiri Bogor sebagai Kota Pusaka.
“Menurut hemat saya, bahwa rangkaian rangkaian HJB hanya menyentuh masyarakat elit yang ada di pusat kota, dalam hal ini birokrasi. Sementara masyarakat yang di desa desa banyak yang tidak tahu pada 3 juni ini adalah Hari Jadi Bogor,” ungkapnya.
Untuk itu, kata Bambang melanjutkan, perlu ada upaya pemerintah dari pusat sampai ke RT dan RW di Bogor untuk dapat menyosialisasikan hingga ke lapisan paling bawah dengan agenda yang menyentuh masyarakat luas.
“Sebagai contoh, lakukan giat Hajat Lembur yang melibatkan masyarakat, syukuran, doa bersama maupun agenda agenda sosial yang lebih kongkrit, giat penghijauan dan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup,”kata Sekretaris Redaksi Situsbogor.com ini.
Ia mengatakan, dalam acara helaran bukan hanya menampilkan karya – karya seni dari kecamatan – kecamatan. Namun, Pemerintah dalam hal ini Bupati Bogor atau Wali Kota Bogor dianggap perlu membuat Peraturan Bupati (Perbup)) dan Peraturan Walikota (Perwali).
“Aturan itu untuk diterapkan sepanjang masa setiap Desa atau Kelurahan yang wajib memperingati HJB yang beruansa toleransi keberagaman, potensi wilayah dari sisi sosial budaya dan ekonomi kreatif. Juga paparan perkembangan pembangunan dari zaman Ke zaman,” imbunya.
Perlunya sosialisasi mengenai Sejarah Bogor, kultur, adab dan adat istiadat dengan kekhasan daerahnya, seiring bersyukur melalui do’a rasa syukur atas berlimpahnya karunia dan jasa – jasa para pendiri Bogor.
“Ungkapan rasa syukur melalui do’a bersama, karena sampai saat ini Bogor tetap ada dan berdiri tegak. Jadi, Tegar Beriman bukan hanya slogan. Uta Udaya Bangsa juga bukan lagi hanya jadi Jargon,” tutup Bambang Sumantri. (als)