Bekas hotel Pasar Baroe misalnya, yang bergaya neo Classic berikut sebuah bangunan rumah tinggal mewah yang dikenal dengan nama Landhuisen yang juga bergaya neo Classic tersebut terletak di belakang Pasar Bogor. Kondisi bangunan Hotel Pasar Baroe kondisinya sangat memprihatinkan. Selain itu, terdapat juga bangunan yang bergaya art deco. Ciri-cirinya adalah bangunan yang diberhiasan (dekoratif) dalam bentuk alur-alur beton, kotak – kotak kaca dan berlantai dengan motif arabesca.
Rachmat memaparkan, di Kawasan Pulo Geulis juga masih ditemukan bangunan bekas gedung teh, pagar dari rel kereta api yang dibuat tahun 1868. Sedangkan dalam kaitannya dengan budaya Tionghoa, menurut Rachmat ditemukan makam leluhur alm Masagung pemilik penerbit toko buku Gunung Agung. Makam tersebut terletak di belakang SD tidak jauh dari Puskesmas Belong Babakan Pasar.
Tak hanya itu, lanjut Rachmat, juga ditemukan perlengkapan untuk membuat tahu tradisional berupa alat penggilingan kedelai yang terbuat dari batu Selain itu ada alat tumbuk dari batu, kolam ikan dari batu milik salah seorang tokoh Pulo Geulis bernama Bram. Di Pulo Geulis juga terdapat sebuah bangunan sosial yang berfungsi membantu warga miskin dalam Mulasara Jenazah (Pengurusan jenazah-red).
Diatas bagian depan bangunan tersebut masih tercantum huruf Fons Untuk Orang Miskin 1930. Disamping itu juga ada Gardu Listrik dan Pos Jaga peninggalan Belanda yang lokasinya di Jalan Roda. Mayoritas warga Pulo Geulis memiliki keahlian membuat emping jengkol. Alat untuk membuat emping jengkol tersebut menggunakan alat tumbuk dari bahan batu berbentuk bulat yang diambil dari sungai Ciluwung. (eka)