BERITA BOGOR – Rencananya untuk mendorong percepatan peningkatan IPM wilayah Bogor Timur Kabupaten Bogor di wilayah Kecamatan Sukamakmur.
Namun, dalam pembahasannya, rencana program Ecopark digadang – gadang akan terintegral terhadap pengembangan program sport and tourism. Diantaranya, pembangunan Poros Tengah Timur, juga pembangunan Terminal Agribisnis.
Dalam penelusuran di lapangan, rencana tersebut nampaknya belum selaras dengan fakta di lapangan, apalagi tanpa di awali dengan program edukasi agribisnis dan budidaya ternak serta mendorong warga masyarakat untuk turut andil dalam menciptakan re-generasi yang memiliki sumber daya manusia yang berdaya saing dan handal dalam pengembangan dan upaya mempertahankan luas lahan pertanian perkebunan serta kelestarian lingkungan hidup maupun hutan.
Pasalnya, di wilayah Kecamatan Sukamakmur telah mengalami penyusutan luas lahan yang diantaranya telah terjadi alih fungsi lahan menjadi kavling, vila, resort, bahkan tidak sedikit adanya aktifitas pengrusakan lingkungan hidup.
Anggota DPRD Kabupaten Bogor Komisi III, Ahmad Fathoni, mengatakan perlu diskusi dan duduk bersama terkait pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki. Terutama perlu dikembangkan pertanian modern, agro ekowisata, energi baru dan terbarukan.
“Harus dibuat program pembinaan, pembelaan dan keberpihakan kepada petani secara komprehensif,” tegasnya. Mengenai alih fungsi lahan, dirinya mengatakan langkah efektif dalam pengawasan terhadap pengendalian alih fungsi lahan di area Poros Tengah Timur yang saat ini harus secara bersama – sama melakukan kontrol dan menegakkan aturan secara tegas.
“Itu namanya pengendalian tata guna lahan dan menjadi kewajiban pemerintah. Kepala Desa harus terbuka dan komunikatif dengan pihak – pihak yang menjalankan kontrol sosial, sebab Kades itulah justru yang semestinya menjadi salah satu ujung tombak pengendalian tata guna lahan. Kalau alih fungsi lahan dibiarkan, suatu saat akan mengakibatkan bencana, baik longsor maupun banjir, yang justru akan menimbulkan kerugian sangat besar,” katanya.
Dirinya menambahkan semestinya kita membangun dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), membangun untuk generasi sekarang, tapi sekaligus juga memastikan nasib generasi yang akan datang. Sehingga pembangunan yang memperhatian semua aspek, yaitu ekonomi, ekologi/alam dan sosial (pemerataan).
“Kalau pembangunan tidak seimbang, maka pada dasarnya hanya membangun kerusakan atau kemunduran. Jangan lagi menghabiskan biaya besar untuk membangun, tapi kemudian justru menimbulkan bencana yang kerugiannya lebih besar lagi,” ucapnya saat dihubungi, Minggu (9/1/2022).
Melalui pesan singkat, Kasi Ekbang Kecamatan Sukamakmur, Heri S.Ip, mengatakan salah satu indikator penilaian IPM itu sendiri yaitu adanya perbankan. Hadirkan dahulu bank di kecamatan Sukamakmur untuk mendongkrak perekenomian supaya perputaran uang tercatat.
Dirinya sangat setuju jangan ada alih fungsi lahan pertanian menjadi kavling dan sebagainya.
Perlunya memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa dengan bermacam usaha pertanian peternakan atau UKM bisa menjadi sektor yang membuat roda perekonomian masyarakat Sukamakmur meningkat dan bisa diandalkan. “Sehingga masyarakat tidak menjual tanahnya untuk kavling dan sebagainya,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Desa Sukamulya berencana mengembangkan sektor pertanian perkebunan yang berkolaborasi dengan wisata edukasi yang ramah lingkungan, dimana wisatawan bisa berwisata sambil belajar bercocok tanam dan dianjurkan menanam memelihara pohon disekitar area wisata tersebut.
Hal ini disambut baik warganya, diantaranya Ketua RT 03/01 Desa Sukamulya, Rian, mengatakan luas lahan pertanian perlu dipertahankan dan dikembangkan dengan berbasis kelestarian lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat desa.
“kita punya perkebunan kopi dilahan Perhutani, Bupati pernah berkunjung dan sekarang mulai berkembang, juga kalau ada kolaborasi wisata edukasi saya sependapat. Sebab disini mayoritas masyarakat adatnya bermata pencarian sebagai petani jadi perlu dipertahankan luas lahannya,” ucapnya.
Tak sampai disitu, Tokoh pemuda Desa Sukawangi, Epul, sependapat apabila lahan pertanian perkebunan dan hutan luasnya dipertahankan. “Masyarakat perlu diberdayakan di sektor pertanian perkebunan, juga keberadaan lahan Perhutani dipertegas lagi status kepemilikannya untuk masyarakat supaya dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam maupun permukiman warga adat setempat,” ungkapnya.
Ia juga prihatin dengan adanya jual beli lahan yang peruntukannya belum jelas sehingga terjadi alih fungsi lahan menjadi kavling, vila, resort, tempat wisata hingga saat ini belum ada penertiban. “Tentu saja ini dapat menghambat peningkatan IPM masyarakat di wilayah Kecamatan Sukamakmur dan peluang petani dalam berdaya saing pun terancam lesu,” tambahnya.
Warga Desa Sukamakmur RW 08, Mulyani, sependapat apabila lahan pertanian dan perkebunan dipertahankan luasnya dan ditingkatkan lagi pemberdayaan masyarakatnya serta menyiapkan re-generasi yang handal di sektor agribisnis.
“Sukamakmur memiliki potensi yang di unggulkan yakni sektor pertanian dan perkebunan sebaiknya dipertahankan sampai generasi di masa yang akan datang supaya perekonomian disini mengalami peningkatan. Sedangkan adanya alih fungsi lahan tidak membawa manfaat bagi masyarakat adat di Sukamakmur,” kata Mulyani.
Senada dengan Rahmat warga Desa Sukaresmi berharap luas lahan pertanian dan perkebunan di pertahankan dan warga tidak akan mendukung alih fungsi lahan apalagi pengrusakan lingkungan hidup. “karena masyarakat adat disini sekitar 70 persen mayoritas petani tradisional yang masih memerlukan penyuluhan, peralatan yang memadai, dan bantuan pengadaan pupuk urea, saya rasa ini yang harus di prioritaskan,” ungkapnya.
Sebelumnya, Direktur PT. Boreco, Meidiyanto S. menyatakan, konsep yang dilakukan di Bogor Ecopark yang akan teritegral dengan Sport and Tourisme, yakni pertanian dan peternakan berbasis peduli masyarakat dan lingkungan, pengembangan pasar dan agrobisnis. Salah satunya di akselerasikan kerjasama dengan Koperasi Cemara Manggala 23 melalui program CSR serta ada tenaga ahli pertanian.
“Kami coba kembangkan budidaya rumput odot dengan hanya 75 hari sudah bisa panen, yang bisa langsung di suplai ke peternakan – peternakan yang tentunya bernilai ekonomi yang cukup lumayan.”
“Termasuk juga jagung manis, terong ungu, timun dan tomat sayur, bisa diserap pasar dan sangat mudah perawatannya,” paparnya saat audiensi di Kantor Bupati Bogor, Kamis (6/1) kemarin. Hal ini sudah di mulai bekerjasama dengan Koperasi Cemara Manggala 23 dengan konsep Desa Berkarya, dengan langkah awal mengembangkannya di Boreco di lahan seluas 3,5 hektar,” imbuhnya. (Sab/